Kamis, 25 November 2010

MATERI PRAKTIK PENERJEMAHAN INDONESIA-INGGRIS

Hati Publik yang Terluka (06-11-2009)

Panggung hukum di negeri kita kian jauh dari akal sehat. Ada orang yang telah terang benderang mengatur, mencoba menyogok, dan mengancam nyawa penegak hukum, tapi malah diberi jalan leluasa untuk melenggang bebas. Sebaliknya, pimpinan sebuah lembaga pemberantas korupsi yang melaksanakan perintah undang-undang begitu gampang dimasukkan ke bui kendati alasan yang mendasarinya amat lemah.

Itulah yang dipertontonkan penegak hukum di Republik ini dalam memperlakukan Anggodo Widjojo. Aktor utama yang mengobrak-abrik lembaga penegak hukum, sebagaimana yang terekam dalam pembicaraannya dengan sejmlah orang itu, teramat susah disentuh hukum.


DPD yang Gila Jabatan (07-10-2009)

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), menurut konstitusi, terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui pemilihan umum. Kedudukan, hak, dan kewajiban anggota MPR, dari mana pun asal-usul keanggotaannya, adalah setara, termasuk hak untuk memilih dan dipilih menjadi pimpinan MPR. Kesetaraan itulah dasar pertimbangan putusan Mahkamah Konstitusi pada 30 September. Mahkamah Konstitusi membatalkan ketentuan bahwa Ketua MPR berasal dari anggota DPR seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

Selasa, 23 November 2010

NOSTALGI NADA SUNYI

(jam 1 dini hari)

...

Di sini sepi sekali

Kala kumatikan radio dan televisi

- mungkin mereka lelah menyiarkan Merapi -

Jangkrik tak lagi berbunyi

Ayam jantan masih terlelap dalam mimpi

atau pelukan sang istri

Pun burung-burung enggan bernyanyi

memanggil mentari

...

(jam 2 pagi)

...

Di sini sepi sekali

Detak jam pun tak terdengar lagi

- mungkin dia capek menghitung hari -

Tak ada lagi tetes embun yang

terpeleset sesekali

Tak ada lagi desir angin yang

tergesa berlari

Semesta memainkan nada sunyi

...

(jam 3 pagi)

...

Dalam hening Tuhan menanti

Dalam sunyi kita tak bisa sembunyi

...

(menjelang pagi, 9 November 2010)

Selasa, 09 November 2010

TEKNIK PENERJEMAHAN LISAN (2)

Selain itu, dalam tesis yang sama, Dyah Ayu Nila Khrisna (2008) juga mengutip 11 teknik yang disarankan oleh Molina & Albir sbb:
1. Amplifikasi, yaitu parafrase
2. Kalke, yaitu penerjemahan literal ('Jesus Christ' --> "Yesus Kristus')
3. Kompensasi, misalnya 'thee' menjadi "you'
4. Deskripsi, disertai penjelasan ('mitoni')
5. Kreatif diskursif, di luar konteks (judul)
6. Padanan lazim, yang ditemukan di kehidupan sehari-hari ('mobil' dan 'car')
7. Generalisasi, menggunakan superordinat
8. Amplifikasi linguistik, penambahan ('no parking' -- 'dilarang parkir')
9. Kompresi linguistik (?)
10. Partikularisasi, menggunakan subordinat
11. Variasi karakter, biasanya dalam drama atau dongeng

TEKNIK PENERJEMAHAN LISAN (1)

Berikut ini adalah teknik penerjemahan lisan yang diamati oleh Dyah Ayu Nila Khrisna (2008) dalam tesisnya tentang penerjemahan lisan di sebuah ibadah di GBI Keluarga Allah:
1. Reduksi (dengan 'piece by piece' menurut Nolan ataupun 'dropping form' menurut Seleskovitch)
2. Adisi (lihat Newmark, Nida)
3. Transposisi, yaitu pengubahan kelas kata
4. Modulasi, yaitu pengubahan sudut pandang (kalimat positif menjadi negatif, aktif menjadi pasif, implisit menjadi eksplisit, dsb)
5. Harfiah, yaitu kata per kata
6. Adaptasi, yaitu penerjemahan harfiah yang ditelah diperbaiki susunan tata bahasanya
7. Borrowing, baik itu total ('mouse') maupun disesuaikan ejaannya ('komputer')
8. Deletion, misalnya penghilangan kata-kata yang dianggap tabu oleh 'target audience'

STRATEGI PENERJEMAHAN LISAN

Ada beberapa strategi yang harus dilakukan oleh penerjemah lisan dalam seminar konsekutif menurut tesis Dyah Ayu Nila Khrisna (2008) yang saya ringkas sebagai berikut:
1. melakukan kontak mata dengan pembicara dan peserta seminar (mata jangan hanya terpaku pada catatan atau pembicara saja)
2. menyampaikan pesan dengan jelas dan meyakinkan, dengan volume suara yang disesuaikan dengan ruang, jumlah peserta, jarak dengan peserta, dan kualitas tata suara
3. selalu menempatkan posisi di dekat pembicara, dan mengikuti ke mana pun dia melangkah
4. tidak menambah atau mengurangi pesan, tetapi berhak meminta pembicara mengulang ucapannya (khususnya angka, nama, dsb)
5. memperhatikan intonasi, dan selalu memakai gaya bicara orang pertama

TEKS SUMBER (untuk mahasiswa Penerjemahan)

(karena keterbatasan waktu, mohon teks ini diprint sendiri dan diterjemahkan dulu dengan dicari teks paralelnya untuk istilah2 khusus, teks ini akan dibahas di kelas Penerjemahan Indonesia-Inggris pada Jumat, 12 Novemver 2010)


Teknik Pengolahan

1. Bahan – bahan disiapkan dan ditimbang sesuai kebutuhan dalam fomulasi (resep).

2. Semua bahan bahan kering dicampur rata dalam wadah sedangkan garam dan kansui dilarutkan dalam air.

3. Buat lekukan (sumur) ditengah – tengah tepung dalam wadah dan isi dengan telur, air dan bahan cair lainnya.

4. Campur semua bahan secara perlahan – lahan dengan tangan atau sendok sampai semua bahan tercampur sempurna dan terbentuk adonan.

5. Adonan dikeluarkan dari wadah lalu “diadoni” atau “diuleni” dengan tangan sampai terbentuk adonan yang kalis/ sempurna. Pengadonan dapat dilakukan dengan menekan – nekan adonan di atas meja menggunakan kayu.

6. Adonan kalis dibulatkan, ditutup plastik dan didiamkan ± 30 menit, lalu diadoni lagi ± 5 menit.

7. Adonan dipotong –potog atau dibagi – bagi menjadi ± 100 gram, dibentuk bulat dan dipipihkan dengan roll kayu sampai ketebalan ± 1,5 cm.

8. Lembaran adonan ditipiskan dengan markatto (alat pembuat mi).

9. Lembaran adonan dipotong dengan markatto atau alat lainnya membentuk tali – tali mi. Sampai tahap ini, mi yang dihasilkan adalah mi mentah yang siap diolah menjadi bermacam – macam masakan yang diinginkan.

10. Untuk mendapatkan mi basah (boiled/wet noodle), mi mentah direbus dalam air mendidih sambil diaduk perlahan – lahan selama sekitar 3 menit. Mi diangkat dan didinginkan dengan cara mencuci di bawah air mengalir, lalu diolesi minyak goreng supaya tali – tali mi tidak lengket. rope

11. Untuk mendapatkan mi kering, mi mentah dikeringkan dengan cara penjemuran atau diangin – anginkan atau juga dikeringkan dalam oven pada suhu ± 50 C.

12. Untuk mendapatkan mi instant, mi basah dikukus (diteam) lalu digoreng atau dikeringkan dengan penjemuran atau dengan cara dioven.

Minggu, 31 Oktober 2010

NOSTALGI TANDA CINTA

(1)

Tak perlu langit biru untuk melihat terang itu

Hanya dengan kerlingan mata dan senyumanmu,

Maka berwarna-warni aura kecantikanmu,

Akan bersinar indah mencerahkan hariku.


(2)

Tak perlu konser syahdu untuk mengingat janji itu

Hanya dengan keheningan bersamamu,

Maka berbait-bait nyanyian dari hatimu,

Akan terdengar jelas di telingaku.


(3)

Tak perlu mesin waktu untuk mengulang masa itu

Hanya dengan memandang selembar fotomu,

Maka berkeping-keping kenangan tentang dirimu,

Akan tersusun rapi dalam ingatanku

(22.30 / 12 Oktober 2010)

NOSTALGI KOTA SENJA

Ada yang berubah dari kotaku
-- Pagi hari di jalan-jalan,
Malam hari kala ’padhang bulan’ --

Ada yang asing dari kotaku
-- Di balik gedung yang tinggi menjulang,
Di antara warganya yang berlalu lalang --

Ada yang hilang dari kampungku
-- Suara bocah-bocah yang ’nembang lagu dolanan’,
Bahkan simbah-simbah yang ’jagongan’ sembari ’geguritan’ --

Ada yang lenyap dari kampungku
-- Tak ada lagi bunyi ‘kenthongan’,
Atau gamelan yang ditabuh waktu ‘kondhangan’ --

Ada yang berbeda dari semuanya itu
Kata orang ini kemajuan
-- tanda perubahan zaman –
Tapi bisa jadi ini kematian
sebuah peradaban.

(12 Oktober 2010)

Kamis, 02 September 2010

COLORLESS LIFE

()
Sometime…
When my heart is full of sorrow
And my life seems too hard to flow
I’m longing to see a rainbow
Smiling in red, green, purple, and yellow
()
Life is beautiful
When it appears colorful
Future will be much better
If difference is not a big matter
()
It’s not always about you or me
But how the future world will be
It’s not how to strike, but how to like
It’s not how to kill, but how to heal
It’s not what we have to receive
But what we should give
()
Next time…
Take a look around for a while
Before you continue for another mile
Being different is not a wrong style
So, stop complaining and try to smile
---
Mahardhika D.K. / C1307015
for Creative Writing